Nuramaya

Memulai dengan yang halal dan sehat

Sebuah Catatan Perjalanan Masa Lampau.

Untuk Saudariku yang telah membulatkan tekad menapaki goresan takdir di Negri Serambi Mekah. Selamat menghikmahi goresan takdirmu……..

 

Tipe Wanita

Namanya Muslimah. Sederhana tapi cukup bermakna. ”Wanita Islam”. Identitas yang jelas. Tentu saja punya beban lebih dengan nama seperti itu. Seperti kisah di sebuah cerpen, ada seseorang yang selalu mengurungkan niatnya berbuat kejahatan karena selalu ingat pesan ibunya untuk tidak merubah namanya, ”Muhammad”. Tapi rekan saya ini, tidak mengalami hal yang serupa. Dia selalu lurus dan menunjukkan identitas wanita islam ”muslimah” dengan jilbabnya dan semangatnya yang tinggi dalam berdakwah.

Di Pleret, spesialisasi dakwahnya adalah dakwah ke ibu-ibu. Kalau urusan mengisi pengajian ibu-ibu, selalu dia yang kami ajukan. Bukan karena saya dan teman-teman akhwat lainnya tidak berani atau malu, tapi karena kemampuan bahasa jawa kami yang meragukan. Bisa dibilang bahasa jawa kromonya ”grathulan” atau tidak lancar. Sedangkan dia yang asli Purwodadi cukup terbiasa menggunakan bahasa jawa.

Biasanya, pengajian kami setiap ba’da Isya, sepekan 2 kali di Kedung Pring. Tapi malam itu, tawaran mengisi pengajian bertambah. Kami diminta mengisi pengajian salah satu RT di dusun Karang Gayam. Undangan yang mendadak membuat kami cukup tidak siap. Hari itu agenda kami berdua cukup padat. Hingga magrib menjelang kami baru selesai dari sebuah acara. Karena harus mampir ke kost –yang kebetulan kami juga satu kos– untuk mempersiapkan diri sebelum berangkat. Sampai dilokasi, ibu-ibu sudah berkumpul dan nampaknya acara telah dimulai. Sebetulnya acara hari itu adalah ba’da magrib, berhubung kami diberitahu mendadak dan ada agenda hingga magrib, maka kami datang terlambat. Seperti biasanya yang mengisi pengajian kali ini adalah muslimah.

Walaupun mendadak, tapi ternyata dia menyampaikan materi yang bagi saya cukup menarik. Tipe wanita. Seingat saya, dia membaca artikel tentang tipe wanita itu dilaptop yang saya gunakan tadi siang. Dengan menggunakan bahasa jawa, dia menyampaikan bahwa ada 5 tipe wanita dan memberikan contohnya. Pertama, wanita yang suaminya iman tetapi dia senantiasa membangkang. Contohnya istri nabi Nuh dan nabi Luth. Kedua, wanita yang bersama suaminya senantiasa ingkar atau senantiasa berbuat kejahatan, yakni istri Abu Lahab. Ketiga, wanita yang senangnya menjadi penggoda, yakni Zulakiha yang menggoda nabi Yusuf. Keempat, wanita yang senantiasa diberi kebaikan oleh Allah, yakni Maryam, yang diabadikan juga dalam Al Qur’an. Sedangkan kelima, wanita yang senantiasa berbuat kebaikan, seperti para istri nabi Muhammad, yakni Khadijah dan Aisyah. Setelah menyampaikan itu, dia bertanya ke ibu-ibu yang hadir, ”ibu-ibu sedhoyo, termasuk tipe sing pundhi?”. Selanjutnya rekan saya ini juga menyampaikan. ”Jadi perempuan itu sulit apalagi punya anak perempuan”. Untuk menjadikan diri kita seperti tipe keempat dan kelima, tentu saja tidak mudah, identitas muslimah harus terus dipatri dalam diri kita.

Ah…Muslimah..

Ingatanku masih cukup membayang akan kebersamaan kita selama ini

Kos, kampus, Pleret, adek-adek….dan banyak lagi…

Tapi akhirnya… pergi juga dari Yogya…hiks… hiks…

Setahun bukan waktu yang Singkat kan????

Hamasah, 18 Februari 2008

Leave a comment »